KONTROVERSI ASAL USUL LELUHUR SIMALUNGUN
Kemarin
(10/12/2012) dalam Seminar hasil penelitian dalam rangka penulisan
sejarah Simalungun yang dilangsungkan di Disparsenibud Simalungun muncul
perdebatan sengit tentang asal-usul marga dan raja di Simalungun.
Tokoh-tokoh yang diundang hadir sebagai nara sumber yang mewakili
keturunan raja-raja marpitu Simalungun yaitu Kamen Purba dari Panei,
Jomen Purba dari Purba, abang sdr
Satiaraja Girsang dari Silimakuta, Lasim Garingging dari Raya, Dermawan
Purba Tambak dari Dolog Silou, Arifin Alamsyah Sinaga (Raja Muda Tanah
Djawa) dari Tanah Djawa berbeda pendapat tentang asal-usul nenek moyang
marga-marga/raja di Simalungun.
Dokumen arsip dari masa
kolonial dan hasil penelitian peneliti asing jelas menerangkan bahwa
selain leluhur raja Panei dan Dolog Silou yang tidak berketurunan Toba,
selebihnya adalah berketurunan dari Samosir/Toba. Tideman dalam bukunya
Simeloengoen dan laporan-laporan Ter Haar, Westenberg, Joustra,
Tichelman dan Voorhoeve menyatakan jelas bahwa raja Siantar marga
Damanik berasal dari Malau (Samosir)--ditulis juga oleh J. C. Vergouwen
dalam bukunya "Adatrecht Toba Batak", Raya marga Saragih Garingging dari
Simanindo Samosir (dibenarkan juga oleh Pdt. J. W. Saragih dalam
makalahnya di Seminar Kebudayaan Simalungun tahun 1964), dan raja Tanoh
Jawa marga Sinaga dari Urat Samosir.
Sedangkan untuk marga raja Purba dan Silimakuta disebutkan berasal dari Tungtung Batu dan Lehu di daerah Pakpak Dairi.
Dokumen para peneliti asing dan laporan pejabat kolonial Belanda itu
mendapat penolakan dari perwakilan raja marpitu yang hadiri. Di bawah
ini kami rangkumkan sbb:
1. Tuan Arifin Alamsyah Sinaga
Sidadihoyong gelar Raja Mudah Tanah Djawa membantah nenek moyang mereka
berketurunan dari Sinaga dari Samosir (Toba). Beliau menerangkan bahwa
sebelum berdirinya Kerajaan Tanoh Djawa (perubahan dari Tatap Madaoh)
sudah berdiri Kerajaan Batangiou dari marga Sinaga di Simalungun. Beliau
juga menerangkan bahwa dulu banyak marga-marga pendatang dari Toba yang
menyatukan dirinya dengan marga raja Tanoh Jawa (Sinaga), termasuk
sebagian dari mereka-mereka atau oknum yang mengaku-ngaku berketurunan
dari raja Tanoh Djawa. Menurut beliau, tidak semua partuanan di Tanoh
Djawa berasal dari Raja Tanoh Djawa. Selenjatnya beliau juga menerangkan
bahwa Tn Kaliamsyah Sinaga itu sebetulnya hanyalah pemangku bukan raja,
sebab penerus raja Tanoh Djawa yang sah adalah Tuan Djintar Sinaga
gelar Raja Naisimin. Sesudah Tn Djintar wafat maka Belanda mengangkat
adiknya Raja Maligas Tn Sangmajadi Sinaga sebagai pemangku raja menunggu
anak Tn Djintar Sinaga akil balik. Dijelaskan beliau juga bahwa sejak
tahun 1933 keluarga besar Raja Tanah Jawa memeluk agama Islam.
2. Tn. Girsang Silimakuta menjelaskan bahwa penjelasan dari tim tentang
Silimakuta ini dongeng dan mohon dijelaskan sumbernya. Menurut beliau
Girsang dan Purba itu satu adanya, sejak dulu di Silimakuta tidak
dibenarkan Girsang dan Purba kawin, sebab dianggap marsanina. Seteleh
dijelaskan oleh Tim bahwa sumbernya dari arsip Belanda, beliau tidak
mampu lagi memberikan komentar lanjutan!
3. Tn. Kamen Purba
menjelaskan setuju dengan pemaparana Tim, "Saya setuju dengan penjelasan
tentang Panei ini karena di Tim ada anak saya yang mengetahu sejarah
keluarga besar kami". Beliau hanya memperbaiki ejaan nama yang salah
ketik. Dan menambahkan penjelasan lanjutan tentang apa yang dia alami
sendiri pada saat terjadi revolusi sosial tahun 1946.
4. DPP
PMS menjelaskan setuju dengan penjelasan tim tetapi mohon kalimat
tentang dari Samosir supaya dihilangkan, sebab penciptaan manusia hanya
sekali terjadi di Taman Eden tidak pernah di Samosir. Menurut Sekjen
PMS, Pusuk Buhit itu berlokasi di Sumatra.
5. Lasim Garingging
akan berkordinasi dulu dengan Sariaman Saragih ketua Ihutan Bolon
Garingging. Mengenai asal Sipinangsori dari Samosir beliau tidak bisa
memberi tanggapan karena menurutnya kurang menguasai sejarah.
6. Djomen Purba sudah menulis sejarah Kerajaan Purba dan menyerahkannya
ke tim. Menurut tulisan itu Purba Pakpak berasal dari Tipang (Bakkara)
dari sana ke Tungtung Batu terus ke Purba Simaiungun. Menurut Djomen
Purba Purba Pakpak masih bersaudara dengan Simamora, Sihombing dan Purba
di Bakkara.
7. Sarmuliadin Sinaga (Himapsi) membantah
asal-usul nenek moyang Simalugun dari Samosir, bahkan menurutnya justru
marga Sinaga dari Toba yang berasal dari Simalungun. Nagur menurutnya
sudah ada sejak abad ke-lima.
Setelah diskusi itu Tim menjelaskan sbb:
1. Sejarah bagi orang awam dan historian berbeda persepsi. Sejarah
adalah peristiwa yang terjadi pada zamannya dan sumber yang paling
mendekati kebenaran haruslah dicari dari zaman peristiwa itu terjadi.
Untuk saat ini sumber sejarah yang paling tua dan dalam bentuk tertulis
adalah dari zaman Belanda. Sumber lokal Simalungun hampir tidak ada.
Satu-satunya sumber sejarah marga/raja di Simalungun yang masih bisa
dibaca adalah dari Kerajaan Dolog Silou yang sudah pernah diteliti
seksama oleh Dr Voorhoeve. Itulah sebabnya di tulisan mereka hanya
keturunan Raja Dolog Silou-lah yang jelas disebutkan tidak berketurunan
dari Toba.
2. Hendaknya dalam menulis sejarah ini kita harus
objektif. Dan untuk saat ini dalam penulisan sejarah ini masih harus
kita putuskan apakah kita mau menulis sejarha suku Simalungun atau
sejarah daerah Tkt II Kabupaten Simalungun.
3. Akan dilanjutkan dengan pembahasan dari draft sejarah berikutnya (waktu dan tempat belum ditentukan).






21.13
bakasbin